SELAMAT DATANG DI BLOGNYA NU KRECEK KEC. BADAS KAB. KEDIRI, JAWA TIMUR

Usaha penghancuran NU


Hari Santri ditolak (sebelum ditetapkan), KH. Ma'ruf Amin jadi calon wapres ditolak, Islam Nusantara ditolak, RUU Pesantren ditolak, Film The Santri ditolak, Kiyai-kiyai NU dihujat, dicaci maki serta dituduh Liberal, PKI, sesat, dan Syiah.

HUKUM MASUK GEREJA

https://islam.nu.or.id/post/read/111133/bolehkah-muslim-masuk-ke-gereja--

Jangan Emosi, Kita Ngaji Kitab Fiqh Yuk!. Sahabat dan guru saya, Ustadz Yusuf Mansur meminta saya menjelaskan bagaimana hukumnya seorang Muslim memasuki gereja. Belakangan ini ada tokoh yang mengatakan, “murtad bagi Muslim yang masuk gereja.” Ada lagi yang mengatakan, “haram menurut mazhab Syafi’i”.

TARGET WAHABI NU BUBAR TAHUN 2025

Postingan Jay

*TARGET WAHABI, NU HARUS BUBAR 2025-2030*

Nahdliyin di mana pun berada wajib ngerti !!!

Target wahabi beserta underbownya adalah NU harus bubar tahun 2025-2030. Warga NU harus pahami methode pecah-belah oleh para antek-antek asing, yang kini mereka melepaskan piaraannya yakni wahabi. Untuk mencabik-cabik bahkan menghabisi ahlu sunnah wal jamaah/NU) sampai hanya tersisa tulang-belulangnya, lalu TNI dan POLRI dengan mudah akan dijadikan budaknya !!!

Poin-poin hasil halaqoh Netizen NU Jawa Barat pada 19 Januari 2017 disebarkan seluas-luasnya kepada warga Indonesia, Umum, agar tidak anggap remeh Ancaman terhadap Bangsa dan Negara seperti selama ini !!!

_Dollars dan Real akan hancurkan Indonesia_

1.Saat ini telah berlangsung/ada gerakan dan aliran dana super besar untuk membuat Indonesia bersih dari NU, TNI dan POLRI Dengan target tahun 2025-2030 Seperti sering dibilang oleh para Kiai sepuh, tokoh masyarakat yang melek politik dan pahami eskatologi Hancurkan NKRI, Resep mereka, kalau mau menguasai Indonesia, kuasai dulu NU.

Kalau mau memecah belah Indonesia, pecah belah dulu NU. Kalau mau menghancurkan Indonesia, hancurkan dulu NU lalu TNI dan POLRI bisa dijadikan BUDAKnya !!!

2. NU sudah cukup lambat mengantisipasi serbuan media online dan medsos oleh pihak-pihak di atas. Serangan di era media cetak sudah gencar dari tahun 80-an, serangan melalui internet sudah gencar dari tahun 95an, dan serangan di medsos semakin menggila sejak tahun 2010an.

3. Perlu ada peningkatan kajian literasi kitab kuning (ilmu-ilmu agama), kitab putih (ilmu-ilmu humaniora) dan kitab abu-abu (ilmu politik) bagi para warga NU agar tidak mudah dibodohi oleh paham-paham yang “menyerang” kaum Nahdhiyyin.

Karena mereka kini menyerang dengan gerakan Neo Cortex (Al Ghozwul Fikr), Proxy dan Psyco War (perang pemikiran, rekayasa psikologi dan intrik politik) dengan menggunakan sentimen agama (Aliran islam palsu/ khawarij/ wahabi) dan fanatisme Islam dan ‘politik kebencian’ sebagai alat untuk melemahkan warga NU dan NKRI.

4. Serangan-serangan kepada ulama-ulama NU khususnya para ulama pengawal organisasi NU Berupa fitnah dan hoax amat gencar, sebagian di antaranya dilakukan oleh kalangan yang “mengaku” Nahdhiyyin juga.

Serangan-serangan ini tujuannya menghilangkan kepercayaan umat kepada ulama, Ustad-ustadnya, Kyai-kyainya, Habaib-Habaibnya dan mengalihkannya kepada ulama-ulama yang “direkomendasikan” oleh para penyerang tersebut (Ustad/ Syekh Wahabi yang dikendalikan Asing).

5. Para kader Anshor Banser, elemen organisasi NU dan warga Nahdhiyyin harus ikut serta dalam “perang medsos” dan yang terang-terangan Membid’ah-bid’ahkan, men-Syirik-syirikkan bahkan Meng-Kafirkan tersebut, namun dengan cara bil-hikmah wal mau’idhatil hasanah.

Bila pihak lawan rajin menyebar hoax dan fitnah, jangan dilawan dengan hoax dan fitnah. Lawanlah dengan menyebarkan berita yang benar. Perbanyak menyebar postingan yang meluruskan kesalahpahaman, tanpa menghujat dan mencaci. NU itu merangkul, bukan memukul.

Warga NU memang harus mewaspadai gaya baru Wahabi. Nampaknya setelah mereka gagal puluhan tahun untuk me-wahabikan banyak kader NU di kampus-kampus Saudi Arabia, termasuk di Kampus-kampus bergengsi di Indonesia; ITS, UNAIR, ITB, UNEJ yang mahasiswanya disusupi Aliran/ paham kepentingan Asing yang dikemas dengan bungkus SUPER Islam.

Mereka juga gagal memberangus amaliyah NU dengan amunisi ustadz-ustadz Wahabi sekelas Ustadz Firanda hingga Tengku Wisnu melalui media massa, Syafiq R Basallamah dsb – mereka yang telah terdistorsi otaknya jadi Robot Yahudi, Arab Saudi, NATO ini telah menyebar web-web majhul yang penuh propaganda., adu domba, provokasi, tebar kebencian agar bangsa ini terpecah-belah.

Wahabi dengan berbagai Kedoknya (Wahabi-salafi, Wahabi-ISIS, Wahabi STDI, Wahabi-HTI dsb), juga telah mencoba mengemas agar doktrin mereka lebih diterima dan bisa pengaruhi WNI,  Hingga ada juga orang yang mabuk jadi anteknya asing, contoh yang ada di selatan Masjid Al-Kharomah Perum Kramat I Kranjingan-Sumbersari Jember Jawa Timur yang rela rumahnya dijadikan station pancarkan Siaran Radio Wahabi-MTA.

Termasuk untuk mengecoh pemuda kita agar belajar Al-Qur’an melalui Wahabi berbaju lain seperti Wahabi Ibnu Katsir dsb, namun tetap saja gagal. Nampaknya kini ada kesempatan bagi mereka untuk memecah belah warga NU dengan “berselingkuh” dengan FPI. oleh karena warga nahdliyin yang pikirannya masih terjebak permainan mereka harap segera sadar.

Mungkin mereka tahu bahwa hanya kaum Aswaja yang suka memuja-muja ahlu Bayt hingga ‘sundul langit’. Bahkan mereka mungkin juga menganggap warga NU hanyalah kumpulan orang-orang bodoh, dungu, o’on dan tidak paham permainan politik, karena menganggab para Habaib sebagai ‘sadat’ (jamak dari Sayid) yang dianggap sebagai juru selamat, dimana semua fatwa dan ucapan mereka pasti dianut dan dianggap benar.

Hingga dengan trik-trik politik, kini Wahabi beserta kroni-kroninya telah berhasil berfusi dengan FPI untuk memecah belah dan menggiring opini warga NU menggunakan atribut baru yang baru mereka ciptakan; yah apalagi kalau bukan GNPF-MUI.

Bahkan lihatlah, nampaknya demi tegaknya kalimah Wahabi dan untuk menyenangkan juragannya di Arab Saudi (termasuk penyokong Wahabi; Inggris, Israel, Qatar, NATO, ISIS dsb) kini panglima GNPF yang juga guru besar Tengku Wisnu (antek asing Wahabi), itu kini telah *berkopyah hitam dan memproklamirkan diri sebagai ulama besar dengan gelar Kyai Haji (KH). “Kami NU bukan? Maka dengarkan juga kami”.*

Mungkin itulah yang ingin dia katakan. Namun mereka lupa bahwa warga NU itu panutannya bukan cuma Nabi Muhammad, Ulama, Kyai, habib maupun ustadz. Panutan warga NU adalah para As-Syuhada/ Fissabillillah yang bersimpah darah memperjuangkan dan memerdekakan negeri ini yang telah gugur di jalan Allah SWT.

(Monggow *forward* ke Warga NU dan umum untuk kewaspadaan dan sikap bersama, agar warga NU tidak kerasukan Wahabi).

PEMBENCI KIAI SAID

*KENAPA MEREKA BENCI KIAI SAID??*

Mencari orang ALIM itu sulitnya setengah mati. Dan lebih sulit lagi mencari orang ALIM plus BERANI.

Mencari orang alim saja banyak, tapi alim yang takut berhadapan dengan musuh, takut dibully, takut difitnah, takut diintimidasi dan takut-takut lainnya. Mencari orang berani saja banyak, tapi berani tanpa perhitungan, nekat tanpa siasat.
Mencari orang alim sekaligus pemberani itu sulit, sesulit mencari semut hitam di batu hitam pada saat gelap gulita. Dalam zaman now setidaknya ada 2, yaitu Gus Dur dan Kiai Said.

Mengapa Gus Dur dan Kiai Said terkesan banyak dimusuhi? Ya karena beraninya itu. Coba bandingkan dengan ulama-ulama alim yang "cari selamat", yang diam saat ada kedhaliman di depan mata, yang ikut arus saja, tentu tidak banyak musuhnya.

Tapi Gus Dur dan Kiai Said, sengaja pasang badan demi memperjuangkan sebuah kebenaran. Beliau berdua rela tak populer, rela difitnah, rela dinistakan demi memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Baik kebenaran dalam beragama (Islam) maupun kebenaran dalam bernegara (nasionalisme).

Beliau berdua berani berhadapan dengan penguasa jika berada pada jalan yang salah, berani berhadapan dengan perusak negara, perusak Islam dan para koruptor. Sehingga mereka yang terancam kepentingan busuknya pasti meradang dengan sepak terjang beliau berdua. Dan memang Kiai Said adalah anak ideologis, murid ideologis Gus Dur. Beliau berdua sama-sama ahli tasawuf dan seorang sufi, Gus Dur seorang "wali" dan Kiai Said seorang Guru Besar Ilmu Tasawuf di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Jejak pendidikan Kiai Said begitu "sempurna", dari pesantren salafiah (kitab kuning) sampai universitas ultra kanan (al-Umm al-Qurra Mekkak), sebuah universitas berpaham wahabi. Dari santri pesantren "tradisional" sampai doktoral di bidang sejarah dan tasawuf, begitu "sempurna" hafalannya sehingga dijuluki kamus berjalan.

Spesialisasi beliau di bidang perdebatan, siapapun yang berdebat dengan beliau dijamin lumpuh argumennya. Namun tidak semua dilayani debat, hanya orang-orang tertentu yang pantas untuk diajak debat. Jika kroco-kroco sekelas taman kanak-kanak pasti diabaikan dan dilihat sambil senyum saja. Sayang energi digunakan untuk debat dengan orang yang tak paham agama yang hanya bermodal semangat tapi nol besar dalam memahami esensi dari agama itu sendiri. Pengalaman fenomenal, beliau berhasil menundukkan "nabi" palsu al-Mushodeq dengan diajak debat sampai berhari-hari sehingga sang "nabi" palsu tersungkur argumennya dan akhirnya bertaubat.

Karena pernah hidup puluhan tahun di negara wahabi, Arab Saudi, maka beliau paham betul "dapur" dan kelemahan wahabi khususnya dan gerakal Islam radikal lainnya, misalnya Ikhwanul Muslimin, yang berasal dari Timur Tengah. Karena paham betul adanya "udang di balik batu" dari gerakan wahabi, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir dan gerakan radikal Islam lainnya maka di masa kepemimpinannya sebagai Ketum PBNU bertujuan melumpuhkan paham wahabi, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir dan kelompok radikal lainnya di Indonesia khususnya dan secara umum di seluruh dunia.

Mengapa paham radikal tersebut perlu dikubur sedini mungkin? Karena jika dibiarkan, paham tersebut akan merusak Islam itu sendiri dan mencabik-cabik kesolidan NKRI.

Kiai Said tahu betul kelemahan wahabi dan kelompok Islam radikal lainnya karena pernah menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dan di saat balik menyerang kelompok-kelompok tersebut maka mereka tak terima dengan gebrakan Sang Kiai. Sehingga dimunculkanlah fitnah-fitnah dan character assasination (pembunuhan karakter) beliau dengan tuduhan syiah, liberal, perusak NU dari dalam, munafik, pembela kafir, antek Cina dan deretan fitnah keji lainnya yang dilontarkan kelompok Islam radikal.

Pembelaan beliau yang sepertinya cenderung ke Jokowi, ke pemerintah, ke penguasa, bukan berarti beliau ulama penjilat, bukan berarti beliau dibayar dan bukan berarti beliau orangnya Jokowi dan fanatik. Hal ini terbukti bahwa ketika pilpres 2014 lalu beliau pendukung Prabowo, malahan sempat dicalonkan wapres mendampingi Prabowo walau beliau menolaknya. Dukungan beliau khususnya dan umumnya NU ke pemerintah itu tergantung kebijakan pemerintah tersebut dan bukannya karena telah digelontor sejumlah uang. Ketika kebijakan pemerintah sejalan dengan kepentingan umat dan rakyat maka akan didukung penuh dan sebaliknya ketika kebijakan atau program pemerintah menyengsarakan umat dan rakyat maka akan dikritiknya, tentu dengan cara yang elegan bukan dengan cara bikin hoax, menjelek-jelekkan pemerintah dan menggembosi pemerintah.

Dukungan Kiai Said yang terkesan ke Jokowi bukan berarti beliau pendukung fanatik Jokowi tapi karena demi Islam dan Indonesia. Hal ini disebabkan karena capres "yang itu" didukung penuh oleh kelompok Islam radikal. Hal ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan Islam dan Indonesia. Jika mereka menang bisa dipastikan Indonesia akan di-Suriahkan, di ISIS kan dan luluh lantak bagai negara-negara Timur Tengah akibat ulah kelompok Islam radikal.

Jadi mereka yang memusuhi Kiai Said adalah orangnya itu-itu juga. Orang-orang tersebutlah yang memusuhi NU sampai menarget untuk membubarkan NU tahun 2025.

Orang-orang NU yang selama ini termakan hasudan kelompok pembenci Kiai Said haruslah segera sadar bahwa kalian sebenarnya dibenturkan dengan NU dan dijauhkan dari ulama NU dengan tujuan akhir NU ditinggalkan umatnya. Jika NU sudah ditinggalkan umatnya maka NU kropos dan mudah untuk dilenyapkan. Dengan bubarnya NU takkan lama Indonesia dikuasainya, karena penyokong utama Indonesia adalah NU. Barang siapa ingin menguasai Indonesia maka lumpuhkan dulu NU.

Namun mereka salah prediksi, kiranya itu mudah membubarkan NU. Mereka belum tahu bahwa NU itu layaknya per/pegas,semakin ditekan justru semakun kuat NU. Ya Jabbar Ya Qahhar. NU never die.

Salam Islam Nusantara

(Idwamul Ngula)

HUKUM MENJAWAB SALAM


*Materi Kitab Sullamut Taufiq (Akhlak Tashawwuf Ma'ashi 49)*
قال المؤلف رحمه الله تعالى :
وترك رد السلام الواجب عليك
"Di antara dosa lisan adalah tidak menjawab salam yang wajib bagi kamu"

*Penjelasan*
➡️ Di antara dosa lisan adalah tidak menjawab salam yang wajib bagi kamu
☝️Allah ta'ala berfirman :
وَإِذَا حُیِّیتُم بِتَحِیَّةࣲ فَحَیُّوا۟ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَاۤ أَوۡ رُدُّوهَاۤۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءٍ حَسِیبًا
[Surat An-Nisa' 86]
✔️Berikut rincian hukum menjawab salam:
1⃣Wajib 'ain, apabila disampaikan secara khusus oleh seorang muslim yang mukallaf (baligh dan berakal) kepada seseorang.
2⃣Wajib kifayah, apabila disampaikan oleh seorang muslim mukallaf kepada orang banyak (jama'ah) yang mukallaf
☝️Hukum di atas jika dilakukan oleh orang yang sejenis, laki-laki kepada laki-laki atau perempuan kepada perempuan.
3⃣ Boleh dijawab tetapi tidak wajib, yaitu apabila disampaikan oleh seorang perempuan kepada seorang laki-laki atau sebaliknya dan *tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah.*
4⃣ Tidak wajib menjawab salam yang disampaikan oleh ahli bid'ah dalam akidah yang tidak sampai pada kekufuran.
6⃣Haram menjawab salam yang disampaikan oleh orang kafir, dan apabila disampaikan oleh lawan jenis ketika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
☝️Jika ada orang kafir yang mengucapkan salam kepada kita, maka boleh dijawab dengan perkataan "wa'alaikum".


*Perhatian*
✔️Membaca salam kepada orang yang sedang mengeluarkan kotoran pada saat buang kotoran, dan pada saat ada makanan di mulut adalah makruh.
✔️Tidak sebaiknya seseorang yang datang terlambat dalam Majlis ilmu untuk mengucapkan salam, karena hal itu akan memecah konsentrasi orang yang sedang belajar.
✔️Menjawab salam yang disampaikan oleh seorang anak kecil yang belum baligh ada khilaf di antara para ulama.

#رابطة المبلغين النهضية كديري

Istighfar untuk ORTU

Tahlilan yg dilakoni kaum nahdiyin itu sangat panting karena didalamnya bukan hanya tahlil tapi juga kalimat kalimat lain yang telah dipiplih oleh para ulama untuk dibaca diwiridkan termasuk istighfar ,istighfar itu tidak gemen2 bisa membahagiakan ortu kita disurga seperti dijelaskan kanjeng Nabu kita SAW.
*🕌ISTIGHFAR:MENGANGKAT DERAJAT ORANGTUA*

Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ ؟ فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
▪ “Dari Abu Hurairah – RA – berkata: “Rasulullah SAW pernah bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla meninggikan derajat seorang hambaNya yang Saleh di surga, sehingga hamba tersebut bertanya: ‘Ya Rabb, Bagaimanakah semua ini (bisa menjadi) milikku?, Allah berfirman menjawabnya: ‘Karena Istghfar anakmu untuk dirimu'”.

📚 [HR: Ahmad, Ibnu Majah]

PERBEDAAN ASWAJA DAN WAHABI 8

*PERBEDAAN ASWAJA DAN WAHHABI 8*

*Aswaja*

Bid'ah (sesuatu yang tidak ada nash-nya dalam al Qur'an dan hadits) itu ada dua:
1. Hasanah; jika sesuai dengan al Qur'an dan hadits
2. Sayyi'ah; jika bertentangan dengan al Qur'an dan hadits
Dalil:
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:
 مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ.
"Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun" HR Muslim
Imam Syafi'i –radliyallahu ‘anhu- berkata:
المـُحْدَثَاتُ مِنَ اْلأُمُوْرِ ضَرْبَانِ، مَاأُحْدِثَ مِمَّا يُخَالِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا أَوْ أَثَرًا فَهَذِهِ اْلبِدْعَةُ الضَّلَالَةُ، وَالثَّانِيَةُ مَا أُحْدِثَ مِنَ اْلخَيْرِ وَ لَا يُخَالِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا وَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ
"Perkara yang baru terbagi menjadi dua bagian. Pertama sesuatu yang menyalahi al Qur'an, Sunnah, Ijma' atau Atsar (apa yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di antara mereka yang mengingkari), inilah bid'ah yang sesat. Kedua perkara yang baru yang baik dan tidak menyalahi al Qur'an, Sunnah, maupun Ijma', inilah sesuatu yang baru yang tidak tercela ".   Diriwayatkan oleh al Bayhaqi dengan sanad yang sahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi'i.

*Wahhabi*
Wahhabi mengatakan: Semua bid'ah adalah sesat dan bid'ah adalah pos yang menghantarkan seseorang pada kekufuran

Shalih al Fauzan (tokoh Wahhabi) mengatakan:
الرَّابِعُ فِي بَيَانِ نَمَاذِجِ مِنَ اْلبِدَعِ اْلمُعَاصِرَةِ وَهِيَ الاِحْتِفَالُ بِاْلمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ...اْلاِحْتِفَالُ بِمُنَاسَبَةِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ فِي رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ وَهُوَ تَشَبُّهٌ بِالنَصَارَى فِي عَمَلِ مَا يُسَمَّى بِاْلاحْتِفَالِ بِمَوْلِدِ الْمَسِيْحِ،...وَاْلبِدَعُ فِي مَجَالِ اْلعِبَادَاتِ وَالتَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ...مِنْهَا اْلجَهْرُ بِالنِّيَّةِ فيِ الصَّلاَةِ...وَمِنْهَا الذِّكْرُ اْلجَمَاعِيُّ بَعْدَ الصَّلاَةِ...وَمِنْهَا طَلَبُ قِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ فيِ اْلمُنَاسَبَاتِ وَبَعْدَ الدُّعَاءِ وَلِلْأَمْوَاتِ...وَمِنْهَا الاِحْتِفَالُ بِاْلمُنَاسَبَاتِ الدِّيْنِيَّةِ كَمُنَاسَبَةِ اْلاِسْرَاءِ وَاْلمِعْرَاجِ وَمُنَاسَبَةِ اْلهِجْرَةِ النَّبَوِيَّةِ...وَمِنْ ذَلِكَ اْلأَذْكَارِ الصُّوْفِيَّةِ...وَمِنْ ذَلِكَ تَخْصِيْصُ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ بِقِيَامِ وَيَوْمِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ بِصِيَامٍ...وَخِتَامًا نَقُوْلُ إِنَّ اْلبِدَعَ بَرِيْدُ اْلكُفْرِ
Dikatakan: Keempat: menjelaskan contoh-contoh bid’ah bid’ah kontemporer yaitu perayaan maulid nabi...perayaan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal itu serupa dengan orang-orang Nashrani dalam sebuah kegiatan yang disebut dengan perayaan kelahiran al Masih (Natal), ...dan bid’ah-bid’ah dalam lingkup ibadah dan taqarrub kepada Allah…diantaranya adalah niat shalat dengan suara keras…dan diantaranya dzikir secara berjama’ah setelah shalat…dan diantaranya meminta membaca al Fatihah dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan setelah do’a serta untuk orang-orang mati…dan diantaranya peringatan momentum-momentum keagamaan seperti Isra Mi’raj dan hijrah nabi…dan diantara bi’ah adalah dzikir para shufi…diantara bid’ah lagi adalah mengkhususkan malam nishfu Sya’ban dengan shalat dan siang nishfi Sya’ban dengan puasa…dan sebagai penutup kami katakan  bahwa bid’ah-bid’ah itu adalah pos penghantar menuju kekufuran.

Referensi:
Shalih al Fauzan, Kitab at Tauhid, hal. 115-121

#Asnuter Kab Kediri

TAHUN BARU ISLAM

*Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1441 (1)*

✅ Setiap kali memasuki tahun baru hijriyah kita selalu diingatkan  pada peristiwa besar dan bersejarah, yaitu hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah al Mukarramah menuju Yatsrib yang kemudian dirubah namanya dengan al Madinah al Muawwarah.
✅ Peristiwa hijrah adalah awal kejayaan Islam, berawal dari sinilah Islam menyebar dan meluas ke seluruh penjuru dunia. Mulai dari  peristiwa inilah Rasulullah mulai meletakkan dasar-dasar bermasyarakat dan bernegara. Sehingga pada hari ini bentuk negara dan masyarakat yang dibangun nabi tersebut menjadi percontohan bagi masyarakat yang modern dan beradab.
✅ Peristiwa hijrah dimulai ketika Islam mulai menyebar luas di Madinah, maka para sahabat Nabi yang senantiasa mendapat perlakuan tidak baik dari orang-orang musyrik, mereka meminta izin kepada nabi untuk hijrah ke Madinah. Kemudian Nabi memberi izin pada mereka untuk hijrah, sehingga secara berangsur-angsur dan bergelombang umat Islam berangkat berhijrah ke madinah.
✅ Orang yang pertama kali hijrah adalah Abu Salamah saudara Nabi sesusuan. Sehingga kemudian orang yang tinggal di Makkah tersisa Rasulullah, Abu Bakar as Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib al Murtadha, orang yang dipenjara dan orang yang sakit.
✅Adapaun sebab Hijrahnya Nabi ke Madinah adalah bahwa ketika orang-orang Musyrik Quraisy melihat orang-orang yang telah masuk Islam berhijrah ke Madinah dengan membawa serta keluarga dan anak-anak mereka, maka mereka khawatir Rasulullah akan juga keluar dari Makkah untuk hijrah ke Madinah, sehingga umat Islam menjadi sangat kuat dan membahayakan kedudukan mereka. Orang musyrik Quraisy selanjutnya berkumpul untuk bermusyawarah tentang masalah itu, ketika itu datanglah iblis dalam bentuk orang tua dari Nejd yang  selalu membantah pendapat setiap orang yang hadir, sampai kemudian Abu Jahal berpendapat: Kita ambil dari setiap kabilah anak muda dengan sebuah pedang, mereka memukulkannya secara bersama-sama pada Muhammad, sehingga darahnya menyebar pada semua kabilah dan Banu Abdi Manaf tidak dapat memerangi semua kabilah dan rela dengan kematiannya”. Kemudian Iblis itu mengatakan: “inilah pendapat yang tepat”.
✅ Mengetahui hal tersebut kemudian Jibril memberitahukannya pada Nabi, dan pada malam itu nabi tidak tidur di tempat tidurnya, dan memerintahkan Ali untuk tidur dan berselimut dengan selimut nabi.
✅ Ketika itu anak-anak muda musyrikin telah berkumpul di depan pintu rumah Nabi. Kemudian Nabi mengambil segenggam tanah dengan membaca surat Yasin sampai pada ayat 9. Dan melemparkan tanah itu pada kepala para pemuda musyrikin tersebut, sehingga mereka tidak dapat melihat keluarnya Rasulullah dari rumah.
✅ Selanjutnya Nabi menuju ke rumah Abu Bakar untuk mengajaknya bersama-sama berhijrah ke Madinah.

#LDNU KAB KEDIRI

NU ITU MODERN

ORMAS ISLAM TRADISIONAL YANG MODERN.

     Nahdlatul Ulama (NU) yg berdiri pada 1926, merupakan ormas Islam terbesar yg didirikan oleh para ulama pesantren, suatu lembaga pendidikan Islam tertua dinegeri ini yg berusia lebih dari 6 abad. Krn itu, ada sebagian pihak yg menyebut NU sbg kepanjangan tangan pesantren, sehingga bisa dikatakan: NU adalah pesantren besar dan  pesantren adalah NU kecil. Itu sebabnya, warga NU pada umumnya berpendidikan pesantren atau penganut ajaran pesantren yg berdasarkan ajaran Aswaha yg toleran terhadap tradisi keagamaan lokal, sepanjang tdk bertentangan dgn ajaran Islam, sehingga kemudian mereka dikenal sbg kelompok tradisional dan kuno. Dikala orang memakai celana dan dasi, orang NU tetap sarungan. Saat banyak orang muslim berkhutbah dgn mengutip kata2 para ilmuwan Barat dlm bahasa Inggris, orang NU bertahan dgn bahasa dan tulisan Arabnya, atau paling maju sudah memakai tulisan Latin dgn menggunakan bahasa daerahnya. Dengen demikian, seolah-olah kelompok Islam bentukan para ulama pesantren  ini tdk mampu menghadapi perkembangan zaman sebagaimana kaum modernis.   
     Sebenarnya, NU tidaklah seperti yg digambarkan orang2 sbg golongan kolot, konservatif dan tdk mampu menghadapi modernisasi sebagainana ormas2 lain yg berlabel modernis. Dlm peta pemikirannya, NU justru senantiasa lebih dulu maju dari pada beberapa ormas medernis. Muhammadiyah misalnya, dikategorikan modernis, sebenarnya, itu krn dilihat dari aspek sosial pendidikannya, namun jika dibandingkan dgn NU, dilihat dari perkembangan pemikiran keagamaannya pada masa2 belakangan, agaknya citra modernis itu justru lebih memihak pada NU, sebab dlm menghadapi perkembangan, NU tdk kaku. Dgn sifatnya yg tradisional dan menganut ideologi Ahlus Sunnah wal Jamaah An Nahdliyah, NU membuktikan bhw dirinya memiliki banyak rujukan utk menghadapi berbagai perkembangan dan tantangan.
     Para tokoh pendiri NU sendiri seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri adalah para pemikir yg pernah belajar di Arab Saudi, wilayah yg ditanami pemikiran2 Wahabi. Ini berarti para ulama pendiri NU itu pernah berhadapan dlm jarak dekat dgn pemikiran2 pembaharuan dari sumbernya sendiri. Ini artinya, pemikiran Wahabi diterima oleh para pendiri itu utk semangat membangkitkan Islam di Indonesia. Maka dari itu, dlm menghadapi arus perubahan yg mesti datang, kualitas intelektual NU terus ditingkatkan melalui pengembangan wawasan, pola pikir maupun pola kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Dan dlm perjalanan karirnya, NU selalu bergumul dgn pemikiran yg luas dan bebas, baik pada pemikiran keagamaan, sosial politik ataupun lainnya. NU bukanlah lembaga keagamaan tradisionalis yg statis dan fanatis terhadap pemikiran tradisionalnya, tetapi merupakan lembaga keagamaan yg fleksibel terhadap segala perubahan2 serta pemikiran- pemikirannya.
     Kalangan tradisionalis ini terbukti justru bisa dgn cepat beradaptasi dgn perubahan dan sekaligus kreatif dlm menghadapi perubahan sosial dan kondisi2 politik. Ulama NU sering kali lebih fleksibel dari pada kalangan Islam modernis. Banyak dari kaum Islam modernis itu tdk mengembangkan lebih dari apa yg telah dirintis para pendahulunya. Namun dlm berfikir ttg agama, orang NU justru mempunyai keberanian lebih dari yg lain. Mereka mempunyai gagasan keagamaan progresif dlm merespon medernitas dgn menggunakan basis pengetahuan tradisional yg mereka miliki setelah dipersentuhkan dgn pengetahuan baru dari berbagai khazanah modern. Dgn keilmuan pesantren yg menjadi modal awalnya, para intelektual NU yg telah dibekali dgn ilmu pengetahuan dan pendekatan modern, memiliki perspektif tersendiri terutama dlm merespon dan mengkontekstualisasi berbagai problem sosial, baik politik, ekonomi, budaya dan mengusung tema2 keislaman progresif. Hanya saja hal ini tdk diketahui banyak orang, krn NU memang kurang begitu dekat dgn media massa.
     Diantara contoh keberanian berfikir NU misalnya, tampak pada ketika "Rabithah Alam Islam", atau Organisasi Internasional Negara Islam sibuk berpolemik ttg batasan negara Islam diera tahun 70 an, ternyata NU telah memutuskannya 40 tahun sebelumnya, yaitu ketika Muktamar NU ke 11 di Banjar Masin 1936. Waktu itu Muktamar memutuskan bhw negara kita Indonesia dinamakan "Negara Islam" krn telah pernah dikuasai sepenuhnya oleh orang Islam. Walaupun pernah direbut oleh kaum penjajah non muslim, tetapi nama negara Islam tetap melekat selamanya.
    Itulah sebabnya ditahun 50 an ketika orang mempermasalahkan keabsahan kepemimpinan Presiden Sukarno ditinjau dari segi pandangan Islam, maka
pada Munas alim ulamnya 1954 di Cipanas Bogor, NU melahirkan satu keputusan hukum yg menyatakan bhw Presiden Sukarno adalah "Wliyul Amri Addharuri bis Syaukah", yakni Presiden Sukarno sbg kepala negara Indonesia yg sah menurut Islam. Suatu keputusan yg kala itu tdk bisa dimengerti oleh kalangan Islam modernis. Bahkan banyak dari mereka yg menilai keputusan NU tsb. sbg penjilatan terhadap pemerintah.
     Begitu pula mengenai persoalan Pancasila yg sejak Indonesia merdeka, telah menjadi perdebatan ttg hubungannya dgn Islam yg kemudian berkembang menjadi konflik fisik ketika munculnya DI (DaruI Islam)/TII (Tentara Islam Indonesia), selama belasan...... tahun dieta tahun 50 an hingga akhirnya jatuh banyak korban. Di era 1980 an ketika kemudian Presiden Suharto ingin menjadikan Pancasila sbg asas tunggal seluruh Partai dan Ormas di Indonesia, masih banyak pihak yg berdebat ttg hal itu, krn persoalan tsb masih menjadi isu sensitif dikalangan umat Islam kala itu, bahkan waktu itu sampai ada yg memberi cap "kafir" bagi orang yg menerima asas tunggal Pancasila. Namun NU lah Ormas yg pertama kali dapat menerima gagasan tsb. Melalui Munas 1983 yg diperkuat dgn keputusan Muktamar 1984, NU mempelopori penerimaan Pancasila sbg asas organisasi. Bahkan pemerintah sendiri saat itu belum membuat keputusan. Baru setelah itu, Ormas-ormas yg melakukan muktamar setelah muktanar NU, banyak yg mengikuti langkah NU, menerima Pancasila sbg asas. Ada yg terang-terangan dan ada yg dgn cara diam-diam. Menurut NU, penerimaan Pancasila sbg asas itu bukan bersifat taktis atau politis, tetapi dapat dipertanggung jawabkan secara syar'i.
     Sementara itu dikalangan kaum muda NU, munculnya berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yg bergerak dlm bidang keagamaan, mempunyai pengaruh signifikan bagi generasi muda NU. Sejak era 1970 an, generasi muda NU mulai aktif di LSM utk melakukan pendampingan dan pengembangan pada masyarakat pedesaan. Aktifitas tsb membuka kesempatan bagi anak2 muda NU utk berperan dlm diskursus intelektual secara terbuka dan bersentuhan langsung dgn realitas sosial.
     Bahkan dlm suatu Muktamarnya, NU mengagendakan berbagai program pengembangan pemikiran keagamaan dlm upaya mengelola dan menjawab tantangan kehidupan yg semakin dinamis. Diantaranya ialah membukukan dan menyebarkan proses hasil pemikiran keagamaan yg kritis dan interpretatif dari kalangan Nahdliyin dan dari hasil seminar dan kajian, serta melalukan dan mendrong berlangsungnya kajian2 kritis terhadap berbagai pemahaman ajaran dan pemikiran agama yg dihasilkan oleh pendiri dan pengikit Madzhab empat dan diluar madzhab empat.
     Itulah gambaran pemikiran2 modern dari para kiyai dan masyarakat NU yg selama ini dianggap sbg orang2 kuno yg tak mau beradaptasi dgn perkembangan zaman.
      Jadi, tradisionalisme tak lagi identik dgn kekolotan, kaku, konservatif dan dekaden. Kalangan tradisional NU sama sekali tdk bertentangan dgn kecenderungan modernitas.
     Kelompok muslim yg anti Pancasila yg biasa diberi label kelompok Islam modernis itulah sesungguhnya yg justru terjebak pada tradisionalisme, kaku dan konservatif. Gaya ortodoksi mereka justru mengakibatkan keterbelakangan dan tdk mampu menghadapi tantangan zaman.sumber LDNU KAB.KEDIRI

PILKADES DS KRECEK 2019

PILKADES DS KRECEK MIRIP DENGAN PILPRES 2019
begini cerita pilpres 2019.

##PILPRES 2019, PERTARUNGAN NU vs HTI ##


"Saya tidak khawatir dengan yang namanya FPI. Saya jauh lebih khawatir dengan ideologi transnasional yang sedang berkembang di negeri ini.."

Begitu ungkapan salah seorang pentolan aparat Kepolisian saat bertemu dengan almarhum KH Hasyim Muzadi. Pada waktu itu tahun 2003, dan pihak aparat masih belum paham apa yang disebut ideologi transnasional itu.

Semakin lama akhirnya selubung terbuka, ada kelompok yang jauh lebih berbahaya dari sekadar ormas preman yang selalu bikin ricuh suasana, yaitu organisasi yang mempunyai agenda besar untuk mewujudkan negara Islam dengan cara menghancurkan negara.

Organisasi ini dipenuhi kaum intelektual, menguasai jaringan dunia pendidikan dan melahirkan kader-kader militan yang ditempatkan di berbagai elemen pemerintahan.

Organisasi ini bernama Hizbut Thahrir Indonesia atau HTI.

HTI ini canggih. Ibarat virus, mereka virus yang berkembang sesuai masa. Ketika berada pada masa teknologi, mereka beradaptasi dan memanfaatkannya sebagai senjata. Mereka paham pepatah yang mengatakan bahwa "siapa yang menguasai informasi, dia akan menguasai dunia".

Dan dari gerakan senyap tanpa banyak yang orang sadari, ideologi HTI membius banyak orang melalui baju agama, dengan memanfaatkan media online dan sosial, memanfaatkan jaringan televisi dan artis-artis dalam konsep hijrah untuk menarik kader muda.

Pada puncaknya, mereka yang terkena virus ini, akan menganggap bahwa "negara Islam" versi HTI adalah sebuah tingkat keyakinan tertinggi dalam ibadah kepada Tuhan, sehingga orang tidak bisa menolak dan rela menyumbangkan darah dan harta mereka demi tegaknya cita-cita negara khilafah.

Inilah alarm dari almarhum KH Hasyim Muzadi kepada aparat Indonesia yang baru disadari beberapa tahun kemudian.

Sesudah peristiwa Arab Spring yang memecah Timur Tengah, barulah kewaspadaan terhadap gerakan ideologis ini berjalan. Aparat kepolisian dan Nahdlatul Ulama membuat perencanaan khusus bagaimana bisa memotong leher ular ini ditengah jalan.

Kesempatan terbaik ada di pemerintahan Jokowi. Rekam jejak Jokowi sebagai pemimpin yang moderat dan tidak memberi ruang bagi kelompok fundamental berkembang, menjadi catatan bagus untuk memulai gerakan membasmi ular berbisa bernama HTI ini.

Dan puncaknya pada Mei 2017, Wiranto mengumumkan pembubaran HTI, sebuah langkah berani karena ini berarti membangunkan sang ular yang selama ini mengira dirinya sudah menguasai medan. Langkah berani pemerintah ini tentu atas dukungan dan masukan Nahdlatul Ulama yang sudah sejak lama memantau gerakan ideologi transnasional yang berbahaya ini.

Perjalanan NU mulai mengetahui, mencium keberadaan sampai membubarkan virus HTI itu adalah perjalanan panjang dengan segala resiko ditangan. Bahkan Banser NU menyediakan diri menjadi bemper di depan untuk melindungi satu wilayah terinfeksi virus yang lebih besar.

Itulah kenapa akhir-akhir ini NU banyak dihujat dan difitnah. Karena ketika HTI besar kembali, NU lah yang pertama kali akan mereka hancurkan dengan segala cara.

Dari rekam jejak ini, kita bisa mengetahui kemana arah politik Nahdlatul Ulama.

NU memang sudah tidak berpolitik praktis sejak munas tahun 1983 di Situbondo Jawa Timur. NU lebih mengedepankan politik tingkat tinggi (siyasah ‘aliyah samiyah) atau politik kebangsaan dan politik kerakyatan.

Bagi NU mengawal agenda menjaga kebangsaan dan negara ini adalah dengan menghadang wujudnya kembali HTI dalam bentuk berbeda dengan menunggangi partai politik. Itulah kenapa NU merapat ke Jokowi, bukan karena mereka berpolitik, tetapi mengawal agenda besar mereka menjaga NKRI.

Jadi saya agak heran ketika ada orang yang mengaku warga NU bicara bahwa dia tidak memilih Jokowi. Dia sungguh tidak paham, bahwa dimana HTI berada, NU akan berdiri menghadangnya.

Mari kita dukung Nahdlatul Ulama. Karena Pilpres 2019 ini bukan tentang siapa Presidennya, tetapi perang ideologi antara NKRI dan mereka yang ingin menjadikan negeri khilafah.

Anda ada dibarisan mana ?
WAHABI LDII ATU NU ASWAJA ????? SEBAB SUDAH JELA CALON DARI NU DAN DARI WAHABI LDII 💪💪💪

ISLAM NUSANTARA

*Islam_Nusantara itu Isi Lama dalam Botol Baru.*

*Oleh M. Kholid Syeirazi*

*Saya tidak heran kalau orang-orang salafi, baik hijazi maupun ikhwani menolak Islam Nusantara karena sejak dari sono-nya mereka menolak NU dan menggolangkannya sebagai ahlul bid’ah. Saya juga tidak heran kalau orang-orang Masyumi dan keturunannya mencela Islam Nusantara karena sejak dulu kita memilih berada di satu rumah tetapi beda kamar. Yang saya takjub itu orang NU yang ikut latah menolak Islam Nusantara gara-gara opini orang yang salah paham atau pahamnya salah.*

*Islam Nusantara itu ya Islam NU itu, Islam Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah! Itu seperti isi lama dalam botol baru. Tidak ada yang berubah. Basis teologinya sama, Asy’ariyah. Madzhab fiqihnya Syafi’i. Pandangan tasawufnya ikut Junaid al-Baghdadi dan al-Ghazali. Gampangnya, Islam Nusantara itu Islam yang diamalkan dalam wadah budaya Nusantara, sebagaimana sudah dijalankan NU selama ini.*

*Nalarnya tidak usah dibikin rumit. Islam itu agama. Sifatnya universal, lintas ruang dan waktu. Manusia itu temporal-partikular, terikat ruang waktu dan waktu. Dia makhluk berbudaya. Begitu agama yang universal itu diamalkan oleh manusia yang partikular, ekspresinya beragam, sesuai dengan wadah budayanya.*

*Islam yang diamalkan di Arab tentu punya karakteristik berbeda dengan Islam yang diamalkan di Persia, Cina, dan Jawa. Perbedaannya di tingkat cabang (furû’), bukan pokok (ushûl). Yang pokok bersifat universal, tidak berubah atau diubah, untuk selamanya.*

*Syahadat ya syahadatain, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Salat subuh ya dua raka’at, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Soal pakai Qunut, itu persoalan cabang karena kita mengikuti Syafi’i. Dan perlu diingat, Imam Syafi’i itu orang Arab keturunan Qura’isy yang lahir di Palestina, karena itu pandangan-pandangannya sangat Arabis.*

*Soal shalat, misalnya, sudah pasti Imam Syafi’i mewajibkan salat dalam bahasa Arab. Tidak sah salat selain dalam bahasa Arab karena pedomannya qath’i: صلوا كما رايتموني اصلي. Ini berbeda dengan Imam Hanafi yang orang Persia. Dalam sebuah qaul, Imam Hanafi membolehkan salat dalam bahasa Persia, meski yang utama pakai bahasa Arab. Jadi tidak masuk akal tudingan pencela NU yang bilang Islam Nusantara itu anti-Arab.*

*Nabi kita orang Arab dan NU sangat ta’dzim kepada habaib keturunan Nabi. Salat kita pakai bahasa Arab. Tidak pernah ada bahtsul masâ’il di NU yang membolehkan salat pakai bahasa Jawa. Bahkan nama-nama keluarga santri NU hampir rata-rata nama Arab, termasuk saya. Rasanya tidak mantap kalau santri NU tidak pakai nama Arab.*

*Lucunya, pencela NU yang bilang Islam Nusantara itu anti-Arab, seringkali asal namanya sendiri justru nama Nusantara yang kemudian “di-Arab-Arabkan,” pakai ganti nama atau ditambah embel Abu-Abi atau Ummu-Ummi. Masih soal shalat, orang Arab pakai jubah dan umamah (surban udeng-udeng), kita pakai batik dan kopiah. Itulah Islam Nusantara. Sebelum shalat puji-pujian, setelah salat dzikir bareng dan mushafahah. Itulah Islam Nusantara. Nabi tidak mengajarkannya, tetapi juga tidak melarangnya.*

*Soal zakat, kita jalankan zakat, tetapi objeknya tidak sama dengan orang Arab. Orang Arab zakat fitrah pakai kurma atau gandum, kita pakai beras. Itulah Islam Nusantara.*

*Soal puasa, kita sama-sama tidak makan-minum dan jima’ dari subuh sampai maghrib. Tidak ada NU mengajarkan puasa ngebleng, puasa semalam suntuk karena Nabi tidak mengajarkannya. Tetapi soal menu buka puasa, orang Arab pakai kurma, kita kolak pisang. Itulah Islam Nusantara. Lepas bulan puasa, kita halal bi halal, didahului acara mudik kolosal. Itulah Islam Nusantara.*

*Soal haji, kita sama-sama pergi ke Arab, tidak ke Parung. Tetapi, soal dulu Nabi ke Makkah pakai unta atau kuda dan kita sekarang terbang pakai pesawat, itu soal teknis dan sama sekali bukan bid’ah.*

*Orang Arab tidak punya budaya slametan. rang Jawa hobi ‘cangkruk’, slametan yang isinya keplek dan nenggak miras. Walisongo datang, slametannya dipertahankan, tetapi isinya diganti tahlil dan salawat. Keplek dan mirasnya diganti berkat. Namanya tahlilan. Itulah Islam Nusantara.*

*Orang Arab itu egaliter. Memanggil Nabi yang mulia tidak ada bedanya dengan memanggil penggembala domba, “Ya Muhammad.” Orang Jawa punya budaya unggah-ungguh, stratanya canggih dan rumit. ‘Njangkar’ alias manggil orang mulia apa adanya itu saru alias tabu. Ada embel-embel Ngarso Ndalem, Sinuhun, dan seterusnya. Karena itu, orang Arab shalawatnya cukup pakai redaksi اللهم صل على محمد, orang NU ditambah kata Sayyidina (سيدنا). Itulah Islam Nusantara.*

*Jadi Islam Nusantara itu bukan barang baru, itu soal ganti casing. Kalau ada yang ingin dipertegas dari Islam Nusantara adalah pandangan politiknya. Islam Nusantara itu pendukung sintesis Islam dan kebangsaan. NKRI final, titik. Tidak ada khilafah sebagai sistem politik. NKRI yang isinya pembangunan inklusif, ekonomi berdikari, dan minim ketimpangan, itu sudah Islami. Itu yang harus didorong. Tidak ada lagi membentuk Negara Islam.*

*Manifestasi Islam Nusantara itu bukan hanya dalam fikrah dîniyah (agama), tetapi juga siyâsiyah (politik) dan iqtishâdiyah (ekonomi). Fikrah diniyah-nya tawassuth, fikrah siyâsiyah-nya NKRI, fikrah iqtishadiyah-nya ekonomi konstusi. Jadilah Negara Kesejahteraan Pancasila. Inilah tema Kongres II ISNU yang Insyaallah digelar di Bandung, 24-26 Agustus 2018 bertajuk Pembangunan Inklusif dan Islam Nusantara Menyongsong Se-Abad Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan Pancasila.*

*Inti gagasan ini sederhana, kita ingin membangun Indonesia berdasarkan agama. Artinya kita tidak ingin membentuk Indonesia sebagai negara sekuler. Tetapi agama seperti apa yang ingin kita tegakkan? Agama yang ramah, toleran, inklusif, yang menunjang Pembangunan Indonesia, bukan Pembangunan di Indonesia. Tentu ada beda antara pembangunan Indonesia dan pembangunan di Indonesia.*

*Pembangunan Indonesia merefleksikan bahwa pelaku dan penerima manfaat pembangunan adalah rakyat Indonesia. Sementara Pembangunan di Indonesia adalah pembangunan oleh siapa saja di Indonesia, tidak peduli siapa pelaku dan penerima manfaatnya. Karena Indonesia mayoritas muslim, agama di sini adalah Islam. Jadi Islam yang ingin kita tegakkan adalah Islam nasionalis, Islam inklusif yang mendukung pembangunan inklusif. Itulah Islam Nusantara.*

*Kalau kalian punya persepsi lain tentang Islam Nusantara, itu urusan kalian. Kami tidak mengurusi keyakinan orang lain. Kami hanya mengurusi keyakinan kami sendiri. Kami hanya ingin jadi umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW dengan segala ekspresi kami sebagai orang Jawa, orang Sunda, orang Minang, orang Dayak, orang Bugis, orang Melayu, dan lain-lain.*

*Kalau kalian menganggap ber-Islam harus sama atau semakin dekat dengan budaya Arab, silakan saja, asal kalian menghormati tempat bumi berpijak, Indonesia dan tidak berencana merusaknya. Indonesia dengan segala warna-warninya adalah anugerah bagi kita semua.*

*Penulis adalah Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)*

https://www.nu.or.id/post/read/93755/islam-nusantara-isi-lama-dalam-botol-baru