SELAMAT DATANG DI BLOGNYA NU KRECEK KEC. BADAS KAB. KEDIRI, JAWA TIMUR

NU ITU MODERN

ORMAS ISLAM TRADISIONAL YANG MODERN.

     Nahdlatul Ulama (NU) yg berdiri pada 1926, merupakan ormas Islam terbesar yg didirikan oleh para ulama pesantren, suatu lembaga pendidikan Islam tertua dinegeri ini yg berusia lebih dari 6 abad. Krn itu, ada sebagian pihak yg menyebut NU sbg kepanjangan tangan pesantren, sehingga bisa dikatakan: NU adalah pesantren besar dan  pesantren adalah NU kecil. Itu sebabnya, warga NU pada umumnya berpendidikan pesantren atau penganut ajaran pesantren yg berdasarkan ajaran Aswaha yg toleran terhadap tradisi keagamaan lokal, sepanjang tdk bertentangan dgn ajaran Islam, sehingga kemudian mereka dikenal sbg kelompok tradisional dan kuno. Dikala orang memakai celana dan dasi, orang NU tetap sarungan. Saat banyak orang muslim berkhutbah dgn mengutip kata2 para ilmuwan Barat dlm bahasa Inggris, orang NU bertahan dgn bahasa dan tulisan Arabnya, atau paling maju sudah memakai tulisan Latin dgn menggunakan bahasa daerahnya. Dengen demikian, seolah-olah kelompok Islam bentukan para ulama pesantren  ini tdk mampu menghadapi perkembangan zaman sebagaimana kaum modernis.   
     Sebenarnya, NU tidaklah seperti yg digambarkan orang2 sbg golongan kolot, konservatif dan tdk mampu menghadapi modernisasi sebagainana ormas2 lain yg berlabel modernis. Dlm peta pemikirannya, NU justru senantiasa lebih dulu maju dari pada beberapa ormas medernis. Muhammadiyah misalnya, dikategorikan modernis, sebenarnya, itu krn dilihat dari aspek sosial pendidikannya, namun jika dibandingkan dgn NU, dilihat dari perkembangan pemikiran keagamaannya pada masa2 belakangan, agaknya citra modernis itu justru lebih memihak pada NU, sebab dlm menghadapi perkembangan, NU tdk kaku. Dgn sifatnya yg tradisional dan menganut ideologi Ahlus Sunnah wal Jamaah An Nahdliyah, NU membuktikan bhw dirinya memiliki banyak rujukan utk menghadapi berbagai perkembangan dan tantangan.
     Para tokoh pendiri NU sendiri seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri adalah para pemikir yg pernah belajar di Arab Saudi, wilayah yg ditanami pemikiran2 Wahabi. Ini berarti para ulama pendiri NU itu pernah berhadapan dlm jarak dekat dgn pemikiran2 pembaharuan dari sumbernya sendiri. Ini artinya, pemikiran Wahabi diterima oleh para pendiri itu utk semangat membangkitkan Islam di Indonesia. Maka dari itu, dlm menghadapi arus perubahan yg mesti datang, kualitas intelektual NU terus ditingkatkan melalui pengembangan wawasan, pola pikir maupun pola kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Dan dlm perjalanan karirnya, NU selalu bergumul dgn pemikiran yg luas dan bebas, baik pada pemikiran keagamaan, sosial politik ataupun lainnya. NU bukanlah lembaga keagamaan tradisionalis yg statis dan fanatis terhadap pemikiran tradisionalnya, tetapi merupakan lembaga keagamaan yg fleksibel terhadap segala perubahan2 serta pemikiran- pemikirannya.
     Kalangan tradisionalis ini terbukti justru bisa dgn cepat beradaptasi dgn perubahan dan sekaligus kreatif dlm menghadapi perubahan sosial dan kondisi2 politik. Ulama NU sering kali lebih fleksibel dari pada kalangan Islam modernis. Banyak dari kaum Islam modernis itu tdk mengembangkan lebih dari apa yg telah dirintis para pendahulunya. Namun dlm berfikir ttg agama, orang NU justru mempunyai keberanian lebih dari yg lain. Mereka mempunyai gagasan keagamaan progresif dlm merespon medernitas dgn menggunakan basis pengetahuan tradisional yg mereka miliki setelah dipersentuhkan dgn pengetahuan baru dari berbagai khazanah modern. Dgn keilmuan pesantren yg menjadi modal awalnya, para intelektual NU yg telah dibekali dgn ilmu pengetahuan dan pendekatan modern, memiliki perspektif tersendiri terutama dlm merespon dan mengkontekstualisasi berbagai problem sosial, baik politik, ekonomi, budaya dan mengusung tema2 keislaman progresif. Hanya saja hal ini tdk diketahui banyak orang, krn NU memang kurang begitu dekat dgn media massa.
     Diantara contoh keberanian berfikir NU misalnya, tampak pada ketika "Rabithah Alam Islam", atau Organisasi Internasional Negara Islam sibuk berpolemik ttg batasan negara Islam diera tahun 70 an, ternyata NU telah memutuskannya 40 tahun sebelumnya, yaitu ketika Muktamar NU ke 11 di Banjar Masin 1936. Waktu itu Muktamar memutuskan bhw negara kita Indonesia dinamakan "Negara Islam" krn telah pernah dikuasai sepenuhnya oleh orang Islam. Walaupun pernah direbut oleh kaum penjajah non muslim, tetapi nama negara Islam tetap melekat selamanya.
    Itulah sebabnya ditahun 50 an ketika orang mempermasalahkan keabsahan kepemimpinan Presiden Sukarno ditinjau dari segi pandangan Islam, maka
pada Munas alim ulamnya 1954 di Cipanas Bogor, NU melahirkan satu keputusan hukum yg menyatakan bhw Presiden Sukarno adalah "Wliyul Amri Addharuri bis Syaukah", yakni Presiden Sukarno sbg kepala negara Indonesia yg sah menurut Islam. Suatu keputusan yg kala itu tdk bisa dimengerti oleh kalangan Islam modernis. Bahkan banyak dari mereka yg menilai keputusan NU tsb. sbg penjilatan terhadap pemerintah.
     Begitu pula mengenai persoalan Pancasila yg sejak Indonesia merdeka, telah menjadi perdebatan ttg hubungannya dgn Islam yg kemudian berkembang menjadi konflik fisik ketika munculnya DI (DaruI Islam)/TII (Tentara Islam Indonesia), selama belasan...... tahun dieta tahun 50 an hingga akhirnya jatuh banyak korban. Di era 1980 an ketika kemudian Presiden Suharto ingin menjadikan Pancasila sbg asas tunggal seluruh Partai dan Ormas di Indonesia, masih banyak pihak yg berdebat ttg hal itu, krn persoalan tsb masih menjadi isu sensitif dikalangan umat Islam kala itu, bahkan waktu itu sampai ada yg memberi cap "kafir" bagi orang yg menerima asas tunggal Pancasila. Namun NU lah Ormas yg pertama kali dapat menerima gagasan tsb. Melalui Munas 1983 yg diperkuat dgn keputusan Muktamar 1984, NU mempelopori penerimaan Pancasila sbg asas organisasi. Bahkan pemerintah sendiri saat itu belum membuat keputusan. Baru setelah itu, Ormas-ormas yg melakukan muktamar setelah muktanar NU, banyak yg mengikuti langkah NU, menerima Pancasila sbg asas. Ada yg terang-terangan dan ada yg dgn cara diam-diam. Menurut NU, penerimaan Pancasila sbg asas itu bukan bersifat taktis atau politis, tetapi dapat dipertanggung jawabkan secara syar'i.
     Sementara itu dikalangan kaum muda NU, munculnya berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yg bergerak dlm bidang keagamaan, mempunyai pengaruh signifikan bagi generasi muda NU. Sejak era 1970 an, generasi muda NU mulai aktif di LSM utk melakukan pendampingan dan pengembangan pada masyarakat pedesaan. Aktifitas tsb membuka kesempatan bagi anak2 muda NU utk berperan dlm diskursus intelektual secara terbuka dan bersentuhan langsung dgn realitas sosial.
     Bahkan dlm suatu Muktamarnya, NU mengagendakan berbagai program pengembangan pemikiran keagamaan dlm upaya mengelola dan menjawab tantangan kehidupan yg semakin dinamis. Diantaranya ialah membukukan dan menyebarkan proses hasil pemikiran keagamaan yg kritis dan interpretatif dari kalangan Nahdliyin dan dari hasil seminar dan kajian, serta melalukan dan mendrong berlangsungnya kajian2 kritis terhadap berbagai pemahaman ajaran dan pemikiran agama yg dihasilkan oleh pendiri dan pengikit Madzhab empat dan diluar madzhab empat.
     Itulah gambaran pemikiran2 modern dari para kiyai dan masyarakat NU yg selama ini dianggap sbg orang2 kuno yg tak mau beradaptasi dgn perkembangan zaman.
      Jadi, tradisionalisme tak lagi identik dgn kekolotan, kaku, konservatif dan dekaden. Kalangan tradisional NU sama sekali tdk bertentangan dgn kecenderungan modernitas.
     Kelompok muslim yg anti Pancasila yg biasa diberi label kelompok Islam modernis itulah sesungguhnya yg justru terjebak pada tradisionalisme, kaku dan konservatif. Gaya ortodoksi mereka justru mengakibatkan keterbelakangan dan tdk mampu menghadapi tantangan zaman.sumber LDNU KAB.KEDIRI